Thursday 29 October 2015

0 Dualitas

Dualitas


Suka dan duka.
Kaya dan miskin.
Berkembang dan menyempit.
Ceria dan bermuram durja.
Siang dan malam.
Semangat dan loyo.
Rajin dan malas.
Semua itu adalah dualitas dalam kehidupan di Bumi yang sudah, sedang dan akan selalu ada. Karena pola dualitas adalah salah satu hukum Alam Semesta. Dualitas positive dan negative, maskulin dan feminin akan selalu ada sebagai penopang permainan tuhan.
Mau pengalaman suka ataukah pengalaman duka, jiwa manusia yang mengenal dirinya bisa memilih. Memilih untuk mengalami pengalaman suka, ataupun memilih untuk mengalami pengalaman duka. Banyak metode yang diberikan Para Bijak, banyak cara yang diberikan Para Guru, supaya manusia bisa mengalami pengalaman yang dia kehendaki. Tinggal si manusia mau berusaha melakukan, atau hanya berserah diri terbelenggu pikiran dan emosi.
Suka, Kaya, Berkembang, Ceria, Siang, Semangat dan Rajin ada di satu sisi yang sama. Dukha, miskin, menyempit, bermuram durja, malam, loyo dan malas di satu sisi yang lainnya. Menjadi ceria, berkembang, semangat, rajin maka secara otomatis jiwa akan mengalami pengalaman kaya, seperti cerahnya siang hari, sehingga mengalami pengalaman Suka.
Menjadi bermuram durja, menyempit, loyo, malas maka secara otomatis jiwa akan mengalami miskin, seperti sepinya malam, sehingga mengalami pengalaman dukha. Pilihlah pengalaman hidup yang ingin kita alami, supaya hidup menjadi berarti. Sehingga manusia menjadi benar benar manusiawi.

0 Kebanyak yg orang lakukan percuma



Ribuan kata mutiara dibaca.
Ribuan kata motivasi dibaca.
Ribuan kalimat bijak dibaca.
Ribuan metode dibaca.
Ribuan buku dibaca.
Tapi bila semua itu tidak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, hanya akan jadi sampah pikiran belaka.
Karena hidup bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk dijalani.
Karena hidup bukan hanya untuk dibahas dan diskusi semata, tapi untuk dirayakan dan diberi makna.
Makna yang bisa meningkatkan kualitas hidup.
Makna yang bisa merubah hidup menjadi lebih indah.
Makna yang membuat manusia menjadi damai, sehat, ceria dan sejahtera.
"Setumpukkan buku di atas punggung keledai hanya akan membebani perjalanan si keledai," itu pesan Sufi.
"Onani, pikiran hanya akan menciptakan kesenangan sesaat dan membuang prana/energi sia-sia," itu pesan manusia masa kini.

Tuesday 27 October 2015

0 Emosi



Orang yang sering alami emosi negatif tertentu, misalnya marah, sering tidak sadar bahwa marah telah menjadi kondisi alamiahnya. Dan ini terekam di sel-sel tubuhnya. Saat tidak marah, ia merasa tidak nyaman, karena ia di luar zona nyamannya. Sel-sel tubuhnya butuh senyawa kimiawi "marah' untuk bisa merasa nyaman. Dan disadari atau tidak, ia akan alami situasi, kejadian, peristiwa, atau apapun yang munculkan perasaan marah. Dan siklus ini terus berlanjut. (Adi W Gunawan)
ADIKSI EMOSI
Ada dua cara jalani hidup. Pertama, hidup di bawah kendali kesadaran. Dan kedua, hidup di bawah kendali emosi. Bila diminta memilih, secara sadar, tentu kita semua ingin jalani hidup dengan penuh kesadaran. Namun, pilihan pertama tidak mudah. Dibutuhkan upaya dan kesungguhan niat untuk melatih diri mampu sadar dalam berpikir, berucap, dan bertindak.
Mayoritas orang, tanpa disadari, jalani hidup di bawah kendali emosi, terutama emosi-emosi seperti marah, benci, dendam, kecewa, terluka, sakit hati, frustasi, malu, tidak berharga, dan berbagai emosi negatif lainnya.
Dari mana asal emosi negatif ini?
Pengalaman hidup dan makna yang dilekatkan padanya menentukan emosi yang muncul. Setiap orang berbeda dalam memberi makna. Satu kejadian bisa bermakna negatif, bagi satu orang, namun bisa bermakna positif bagi yang lain.
Pemaknaan dilakukan berdasar kepercayaan yang dipegang individu. Dan mengikuti gerak pikiran yang sangat cepat, pemaknaan terjadi dalam sekejap, di level pikiran bawah sadar (PBS), di luar kendali diri (pikiran sadar) dan individu hanya rasakan produk akhir pemaknaan yaitu emosi.
Saat emosi muncul, bergantung pada intensitasnya, ia segera menguasai diri individu. Semakin intens emosi ini, semakin kuat daya kendali dan cengkeramannya atas pikiran sadar individu. Akibatnya, individu sulit berpikir logis, sulit gunakan nalar sehat saat diri dalam kendali emosi.
Emosi yang melekat pada memori kejadian pertama selanjutnya bisa mendapat penguatan saat individu alami kejadian yang sama atau serupa dengan kejadian sebelumnya, memberi makna yang sama, dan muncul emosi yang sama. Rangkaian kejadian bermuatan emosi yang sama ini terangkai dalam jalinan memori dengan intensitas emosi yang semakin lama semakin kuat. Sama halnya bola salju yang menggelinding dan membangun momentum.
Sesuai judul artikel ini, saya akan bahas adiksi emosi ditinjau dari dua perspektif: sifat pikiran bawah sadar (PBS) dan tubuh. Ada satu fungsi PBS yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami yaitu PBS sangat menyadari pentingnya resolusi trauma namun ia tidak punya kemampuan untuk melakukan resolusi ini.
Cara PBS membantu individu untuk selesaikan trauma (emosi negatif) adalah dengan menempatkan individu pada situasi atau kejadian yang sama atau mirip dengan kejadian sebelumnya, belajar dari kejadian ini dan atasi emosinya. Namun, yang selama ini terjadi, saat individu alami kembali kejadian yang sama atau mirip dengan kejadian sebelumnya, bukannya ia belajar atau bertumbuh, emosinya menjadi semakin intens. PBS akan terus lakukan hal ini sampai individu sadar pesan yang ia sampaikan dan selesaikan trauma ini.
Biasanya ada dua situasi di mana individu akhirnya sadar bahwa ia perlu atasi emosinya. Pertama, ia sadar bila dibiarkan emosi ini akan berakibat buruk bagi hidupnya. Dan untuk itu ia putuskan segera atasi emosi ini dengan berbagai cara. Kedua, ia dalam kondisi yang sedemikian buruk, akibat emosi negatif dalam dirinya, sehingga tidak ada cara lain untuk atasi masalah ini kecuali dengan berubah.
Hal menarik saat kita alami emosi, otak akan hasilkan senyawa kimiawi (neuropeptida) yang selanjutnya dikirim ke sel-sel tubuh. Senyawa kimiawi ini akan memengaruhi sel dan memodifikasi reseptor sel. Semakin sering seseorang alami emosi yang sama, karena PBS menempatkan ia dalam situasi yang sama atau mirip dengan sebelumnya, dan menimbulkan emosi yang sama, maka semakin banyak modifikasi terjadi pada reseptor sel hingga pada satu saat sel alami "desensitisasi" terhadap senyawa kimiawi ini. Satu-satunya cara untuk bisa menstimulasi sel-sel tubuhnya adalah dengan "memberi" senyawa kimiawi dengan "intensitas" yang lebih tinggi karena baseline-nya telah berubah.
Orang yang sering alami emosi negatif tertentu, misalnya marah, sering tidak sadar bahwa marah telah menjadi kondisi alamiahnya. Dan ini terekam di sel-sel tubuhnya. Saat tidak marah, ia merasa tidak nyaman, karena ia di luar zona nyamannya. Sel-sel tubuhnya butuh senyawa kimiawi "marah' untuk bisa merasa nyaman. Dan disadari atau tidak, ia akan alami situasi, kejadian, peristiwa, atau apapun yang munculkan perasaan marah. Dan siklus ini terus berlanjut.
Akan menjadi lebih buruk lagi bila individu mengidentifikasi dirinya dengan emosinya. Sebelumnya ia berkata, "Saya sedang marah." Lambat laut, bila ia sering marah, akhirnya ia berkata, "Saya pemarah", dan sejak saat ini marah identik dengan dirinya, menjadi identitasnya, yang akan terus ia perkuat.
Ini yang terjadi di dalam pikiran dan tubuh. Yang tampak di luar sangatlah berbeda. Disadari atau tidak, individu yang alami adiksi emosi akan gunakan situasi, lingkungan, peristiwa, atau apa saja untuk perkuat emosinya. PBS menempatkan ia pada situasi itu, tubuhnya butuh senyawa kimiawi emosi tertentu, dan ia lakukan hal yang seharusnya dihindari yaitu memperkuat emosinya.
Misalnya dalam diri seseorang ada emosi marah yang intens. Ia, tanpa disadari, akan memperkuat emosi marah ini dengan menggunakan lingkungannya. Misalnya, ia cerita pada temannya mengapa ia marah. Saat ia ceritakan apa yang dulu terjadi, yang membuat ia marah, di dalam pikirannya, lebih tepat pikiran bawah sadarnya, ia alami kembali kejadian ini. Dan senyawa kimiawi "marah" membanjiri tubuhnya dan membuat tubuhnya "nyaman" dan menjadi semakin mudah marah.
Semakin lama, ia menjadi semakin mudah marah. Ia bisa marah pada hujan, rekan kerja, pasangan, jalan yang macet, sahabat yang tidak sependapat dengannya, marah karena harga bahan bakar naik, marah karena tarif listrik naik, dan marah pada hal yang seharusnya tidak perlu membuatnya marah. Intinya, ia selalu dapat temukan alasan atau pembenaran untuk marah pada apa saja. Dan hebatnya, ia merasa benar, dan punya alasan logis, masuk akal untuk marah.
Memang demikianlah cara kerja pikiran. PBS memunculkan emosi tertentu dan pikiran sadar berusaha temukan pembenaran atas apa yang dilakukan.
Inilah yang disebut adiksi emosi. Saat saya jelaskan hal ini pada klien, di ruang terapi, klien menolak bila ia dikatakan alami adiksi emosi. Ia merasa wajar saja bila ia marah atau alami emosi negatif tertentu.
Saya jelakan bahwa segala sesuatu yang tidak dapat atau sangat sulit dihentikan masuk dalam kategori adiksi. Bila ia sulit untuk "tidak marah" atau sulit berhenti menjadi marah karena situasi tertentu maka ia alami adiksi emosi. Sama seperti halnya anak yang sulit berhenti main game, orang dewasa yang sulit berhenti main gawai, orang yang sulit kendalikan nafsu makan.
Apa solusi terbaik untuk atasi adiksi emosi?
Saat pikiran dan hati tenang, suasana nyaman, saat tidak sedang alami emosi negatif tertentu, di saat inilah kita dapat berpikir (lebih) jernih. Dan putusan untuk berubah dapat dilakukan di momen ini.
http://www.adiwgunawan.com/?p=article&action=shownews&pid=263

Thursday 8 October 2015

0 coretan pagi


Setiap DIRI dalam setiap jengkal hidupnya selalu dihadapkan oleh hal2 yg sedang dikuasakan dan ditetapkan untuknya saat itu. Orang yang hidupnya mengalir..akan menjalankan apa yg saat itu sedang ditetapkan dan dikuasakan kepadanya. Di luar itu...dia tidak mencari2 karena belum menjadi "wilayah"nya...itulah yg disebut HIDUP MENGALIR.
Kalau mencari2 yg di luar itu...itu namanya KEINGINAN.
Maka berbedalah orang yg HIDUP MENGALIR dengan yang punya KEINGINAN.
Orang yg hidup mengalir..tidak akan memilih apapun...tapi alam yg memilih untuknya.
Orang yg punya keinginan..maka akan berprinsip bhw hidup adalah pilihan.

0 coretan hari ini

Kesadaran



Kesadaran itu tdk hanya pd konteks tauhid yg dipahami org umum (tauhid pandangan sempit). Tentu saja pandangan bagi yg belom mengalaminya akan d tabrakkan pd pemikirannya "daripada njlimet teori toh lbh baik lgsg praktek berbuat kebaikan misal, beribadah, bermanfaat, dsb". Bknkah jelas pd byk kitab suci bahwa yg dilihat Tuhan pertama adlh hatinya? Masalahnya tanpa "sadar"..kita tak kenal itu namanya hati yg sebenarnya.
Bumi ini diamanatkan kpd manusia yg terjaga kesadarannya krn dipercaya integritas DIRInya. Kebaikan ato manfaat dlm persepsi pikiran dualitas saja..tidaklah cukup. Tidak mengherankan para tercerahkan skrg turun gunung berupaya penyadaran umat manusia.
Adanya integritas DIRI inilah baru disebut "kholifah fil arld / wakil Tuhan di muka bumi" dan mnjadi rahmatan lil alamin.
Entahlah..saya masih terus belajar menjadi manusia. Banyak yg merindukan manusia yg sperti dahulu ^^

0 MAKNA IKHLAS

MAKNA IKHLAS

Kehilangan mengajari diri bahwa tak ada yang abadi, apa yang ada dalam genggaman tanganmu pada dasarnya akan binasa pula, rusak seluruhnya, dan pada akhirnya semuanya akan kembali kepada Sang Pemilik Semesta. Namun, karena Maha Pengasihnya Tuhan, Tuhan menitipkan beragam hal pada kita, agar menjadi jalan bagi bertambahnya kebaikan. sejatinya, apa yang kita akan kita miliki bukanlah apapun yang ada dalam genggaman kita, akan tetapi, apa yang kita miliki nantinya justru adalah apa yang sekarang kita lepaskan dengan penuh keikhlasan.